Tan Kok Bun - Penderita Hfs Dari Hongkong
“Keberhasilan ini akan saya kabarkan di hongkong” Bapak dua orang anak yang tinggal di Hongkong ini bahagia tak terkira setelah selama tiga tahun wajahnya merot hilang total setelah operasi. “Setiba di Hongkong keberhasilan ini akan saya kabarkan kepada para penderita HFS di sana, jika di Surabaya ada dokter yang bisa melakukan operasi,” kata Tan Kok Bun (66) dengan wajah semangat. Tan Kok Bun lelaki ber perawakan tegap itu sudah terlihat sehat dan bergairah, bahkan sudah tidak sabar untuk pulang ke Hongkong. “Suami saya sudah ingin cepat - cepat pulang,” kata sang istri sambil tersenyum. Tiga tahun lamanya Tan Kok Bun mengalami penderitaan batin akibat kedutan di separuh wajah kanannya. “Awalnya hanya kedutan di mata tapi dilihat-lihat kok semakin sering, lalu saya bilang ke Suami saya itu ada yang tidak beres kayaknya,” jelas sang istri. Berbeda dengan pasien pasien Hemifacial Spasm lainnya, ia tidak mau melakukan suntik botox atau tusuk jarum di tempat tinggalnya sana.“Saya gak mau karena bisa membuat wajah saya semakin kaku,” tuturnya. Selama men denrita kedutan, ia sudah mencoba berobat kebeberapa dokter saraf di Hongkong. Namun nya ris semua dokter di sana tidak bisa mem berikan kesembuhan. “Di sana setiap saya periksa selalu wajah saya disuntik tapi ya itu tadi, tetap saja bergerak-gerak terus tak bisa berhenti,” ujarnya. Memang bukan sakit luar biasa yang dirasakan Tan Kok Bun tapi rasa malu dan minder ketika bertemu dengan teman. Intensitas kedutan yang dialami semakin naik ketika malam dan saat tegang atau stres. TIDAK SABAR Selama pengobatan di Hongkong belum ada satu pun dokter yang ia temui berani mengambil tindakan operasi untuk menyembuhkan kontraksi di wajahnya. “Di sana belum ada dokter yang berani melakukan tindakan operasi. Makanya waktu saya putuskan terbang ke Surabaya untuk operasi salah satu dokter di sana berkali-kali memperingatkan keputusan saya tersebut agar waspada,” tukasnya sembari tertawa kecil. “Karena itu setelah sembuh ini, akan saya kabarkan kepada para penderita HFS yang jumlahnya cukup banyak untuk berobat kemari saja,” paparnya. Pada 5 Februari 2013 operasi dilang-sungkan “Sekarang wajah saya sudah tidak kaku, tidak merot, enak dan enteng”, katanya sambil menepuk-nepuk pipi kanannya. Sejauh apa pun jaraknya bagi Tan Kok bun bukanlah halangan. Sekarang ia sudah tidak malu dan minder lagi bertemu dengan kawan-kawannya karena kedutan di wajahnya sudah hilang total.
“Keberhasilan ini akan saya kabarkan
di hongkong”
Bapak dua orang anak yang tinggal di Hongkong ini bahagia tak terkira setelah selama tiga tahun wajahnya merot hilang total setelah operasi. “Setiba di Hongkong keberhasilan ini akan saya kabarkan kepada para penderita HFS di sana, jika di Surabaya ada dokter yang bisa melakukan operasi,” kata Tan Kok Bun (66) dengan wajah semangat.
Tan Kok Bun lelaki ber perawakan tegap itu sudah terlihat sehat dan bergairah, bahkan sudah tidak sabar untuk pulang ke Hongkong. “Suami saya sudah ingin cepat - cepat pulang,” kata sang istri sambil tersenyum.
Tiga tahun lamanya Tan Kok Bun mengalami penderitaan batin akibat kedutan di separuh wajah kanannya. “Awalnya hanya kedutan di mata tapi dilihat-lihat kok semakin sering, lalu saya bilang ke Suami saya itu ada yang tidak beres kayaknya,” jelas sang istri.
Berbeda dengan pasien pasien Hemifacial Spasm lainnya, ia tidak mau melakukan suntik botox atau tusuk jarum di tempat tinggalnya sana.“Saya gak mau karena bisa membuat wajah saya semakin kaku,” tuturnya.
Selama men denrita kedutan, ia sudah mencoba berobat kebeberapa dokter saraf di Hongkong. Namun nya ris semua dokter di sana tidak bisa mem berikan kesembuhan. “Di sana setiap saya periksa selalu wajah saya disuntik tapi ya itu tadi, tetap saja bergerak-gerak terus tak bisa berhenti,” ujarnya. Memang bukan sakit luar biasa yang dirasakan Tan Kok Bun tapi rasa malu dan minder ketika bertemu dengan teman. Intensitas kedutan yang dialami semakin naik ketika malam dan saat tegang atau stres.
TIDAK SABAR
Selama pengobatan di Hongkong belum ada satu pun dokter yang ia temui berani mengambil tindakan operasi untuk menyembuhkan kontraksi di wajahnya. “Di sana belum ada dokter yang berani melakukan tindakan operasi. Makanya waktu saya putuskan terbang ke Surabaya untuk operasi salah satu dokter di sana berkali-kali memperingatkan keputusan saya tersebut agar waspada,” tukasnya sembari tertawa kecil. “Karena itu setelah sembuh ini, akan saya kabarkan kepada para penderita HFS yang jumlahnya cukup banyak untuk berobat kemari saja,” paparnya.
Pada 5 Februari 2013 operasi dilang-sungkan “Sekarang wajah saya sudah tidak kaku, tidak merot, enak dan enteng”, katanya sambil menepuk-nepuk pipi kanannya.
Sejauh apa pun jaraknya bagi Tan Kok bun bukanlah halangan. Sekarang ia sudah tidak malu dan minder lagi bertemu dengan kawan-kawannya karena kedutan di wajahnya sudah hilang total.
Bapak dua orang anak yang tinggal di Hongkong ini bahagia tak terkira setelah selama tiga tahun wajahnya merot hilang total setelah operasi. “Setiba di Hongkong keberhasilan ini akan saya kabarkan kepada para penderita HFS di sana, jika di Surabaya ada dokter yang bisa melakukan operasi,” kata Tan Kok Bun (66) dengan wajah semangat.
Tan Kok Bun lelaki ber perawakan tegap itu sudah terlihat sehat dan bergairah, bahkan sudah tidak sabar untuk pulang ke Hongkong. “Suami saya sudah ingin cepat - cepat pulang,” kata sang istri sambil tersenyum.
Tiga tahun lamanya Tan Kok Bun mengalami penderitaan batin akibat kedutan di separuh wajah kanannya. “Awalnya hanya kedutan di mata tapi dilihat-lihat kok semakin sering, lalu saya bilang ke Suami saya itu ada yang tidak beres kayaknya,” jelas sang istri.
Berbeda dengan pasien pasien Hemifacial Spasm lainnya, ia tidak mau melakukan suntik botox atau tusuk jarum di tempat tinggalnya sana.“Saya gak mau karena bisa membuat wajah saya semakin kaku,” tuturnya.
Selama men denrita kedutan, ia sudah mencoba berobat kebeberapa dokter saraf di Hongkong. Namun nya ris semua dokter di sana tidak bisa mem berikan kesembuhan. “Di sana setiap saya periksa selalu wajah saya disuntik tapi ya itu tadi, tetap saja bergerak-gerak terus tak bisa berhenti,” ujarnya. Memang bukan sakit luar biasa yang dirasakan Tan Kok Bun tapi rasa malu dan minder ketika bertemu dengan teman. Intensitas kedutan yang dialami semakin naik ketika malam dan saat tegang atau stres.
TIDAK SABAR
Selama pengobatan di Hongkong belum ada satu pun dokter yang ia temui berani mengambil tindakan operasi untuk menyembuhkan kontraksi di wajahnya. “Di sana belum ada dokter yang berani melakukan tindakan operasi. Makanya waktu saya putuskan terbang ke Surabaya untuk operasi salah satu dokter di sana berkali-kali memperingatkan keputusan saya tersebut agar waspada,” tukasnya sembari tertawa kecil. “Karena itu setelah sembuh ini, akan saya kabarkan kepada para penderita HFS yang jumlahnya cukup banyak untuk berobat kemari saja,” paparnya.
Pada 5 Februari 2013 operasi dilang-sungkan “Sekarang wajah saya sudah tidak kaku, tidak merot, enak dan enteng”, katanya sambil menepuk-nepuk pipi kanannya.
Sejauh apa pun jaraknya bagi Tan Kok bun bukanlah halangan. Sekarang ia sudah tidak malu dan minder lagi bertemu dengan kawan-kawannya karena kedutan di wajahnya sudah hilang total.