Sembuh Dan Normal

Setelah Puluhan Tahun Menderita HFSTadinya saya adalah penderita Hemifacial Spasm sudah puluhan tahun lamanya. Hari demi hari, gejala ini sangat mengganggu. Apalagi bila mengalami pilek atau emosi, kedutannya terasa lebih kuat dan sangat mengganggu terutama saat menyetir mobil karena menghalangi mata untuk berkonsentrasi, bahkan teman saya pun sering heran dengan keadaan mata yang sering berkedip. Pengobatan di Singapura, RRC, pengobatan alternatif dan akupuntur pun saya jalani. Salah satu dokter di Singapura bahkan memberi saya suntik botox 4 bulan sekali. Saya juga berobat di beberapa dokter ahli di Palembang dan Jakarta.Di Jakarta, saya dianjurkan untuk operasi. Namun setelah operasi, saya merasakan kedutan di sebelah kanan mata hingga pipi dan mulut masih terasa sama seperti sebelum operasi. Sampai pada akhirnya teman saya memberitahu kalau di Surabaya penyakit ini bisa disembuhkan. Saya pun berniat ke Surabaya.Sebelum berangkat Surabaya, saya meminta pendapat dari kakak perempuan saya tetapi ia menentang pergi dengan alasan lebih baik melihat diriku yang saat ini daripada seandainya operasi kedua kali nanti gagal yang berakibat lumpuh, siapa yang akan merawat saya, dan sebagainya. Sebaliknya, suami dan ayah saya mendukung kepergian saya ke Surabaya dan jika memungkinkan sembuh kenapa tidak diusahakan.Pada hari ke-4 setelah operasi, saya diizinkan untuk pulang. Saat sedang istirahat menonton tv di hotel, mata terasa berkedip lagi. Spontan saya sempat kaget sambil berpikir jangan-jangan operasi kedua ini gagal lagi. Segera saya telpon dokter dan dokter pun menjelaskan bahwa otak saya masih menyimpan memori dan akan memakan waktu 2 hingga 4 bulan. Ternyata benar adanya, kedipan dimata berangsur-angsur menghilang selama lebih kurang 40 hari. Sekarang mata dan wajahku telah normal dan tidak ada gangguan lagi sejauh ini.

Setelah Puluhan Tahun Menderita HFS


Tadinya saya adalah penderita Hemifacial Spasm sudah puluhan tahun lamanya. Hari demi hari, gejala ini sangat mengganggu. Apalagi bila mengalami pilek atau emosi, kedutannya terasa lebih kuat dan sangat mengganggu terutama saat menyetir mobil karena menghalangi mata untuk berkonsentrasi, bahkan teman saya pun sering heran dengan keadaan mata yang sering berkedip. Pengobatan di Singapura, RRC, pengobatan alternatif dan akupuntur pun saya jalani. Salah satu dokter di Singapura bahkan memberi saya suntik botox 4 bulan sekali. Saya juga berobat di beberapa dokter ahli di Palembang dan Jakarta.

Di Jakarta, saya dianjurkan untuk operasi. Namun setelah operasi, saya merasakan kedutan di sebelah kanan mata hingga pipi dan mulut masih terasa sama seperti sebelum operasi. Sampai pada akhirnya teman saya memberitahu kalau di Surabaya penyakit ini bisa disembuhkan. Saya pun berniat ke Surabaya.

Sebelum berangkat Surabaya, saya meminta pendapat dari kakak perempuan saya tetapi ia menentang pergi dengan alasan lebih baik melihat diriku yang saat ini daripada seandainya operasi kedua kali nanti gagal yang berakibat lumpuh, siapa yang akan merawat saya, dan sebagainya. Sebaliknya, suami dan ayah saya mendukung kepergian saya ke Surabaya dan jika memungkinkan sembuh kenapa tidak diusahakan.

Pada hari ke-4 setelah operasi, saya diizinkan untuk pulang. Saat sedang istirahat menonton tv di hotel, mata terasa berkedip lagi. Spontan saya sempat kaget sambil berpikir jangan-jangan operasi kedua ini gagal lagi. Segera saya telpon dokter dan dokter pun menjelaskan bahwa otak saya masih menyimpan memori dan akan memakan waktu 2 hingga 4 bulan. Ternyata benar adanya, kedipan dimata berangsur-angsur menghilang selama lebih kurang 40 hari. Sekarang mata dan wajahku telah normal dan tidak ada gangguan lagi sejauh ini.
Make Appointment