9 Tahun Saya Mencari Kesembuhan Dari Wajah Merot

Sejak tahun 2001, Helena Rustam mencari kesembuhan untuk wajahnya yang merot. Awalnya ia berobat ke dokter di negara tetangga. Namun dokter tersebut mengatakan sakitnya tidak bisa disembuhkan baik dengan obat maupun operasi karena penyebabnya terletak jauh di dalam batang otak. Semangatnya untuk sembuh menggerakkannya pergi ke gunung Galunggung untuk berobat secara alternatif. Helena juga mencoba pengobatan tusuk jarum di Pekanbaru dan pengobatan pukulan “Tapak Sakti” di Medan tapi tidak membuahkan hasil. Helena malu dan minder melihat wajahnya yang semakin merot. Saat diajak foto ia selalu menolak. Wanita yang mahir menari dan bernyanyi ini makin tidak percaya diri ketika tampil di depan umum. Hobi lintas alam dan tracking juga tidak pernah ia lakukan lagi.Pada Maret 2009 Helena membaca sebuah artikel mengenai penyakit yang ciri-cirinya sama  dengan yang ia alami. Awalnya ia tidak percaya, hingga suaminya menghubungi dokter di Surabaya. Hasilnya Helena menjadi yakin bahwa sakitnya bisa disembuhkan. Ditambah lagi ia menghubungi beberapa penderita wajah merot yang sembuh setelah operasi di Surabaya. Tiga bulan kemudian, di akhir Juli 2009, Helena berangkat untuk bertemu langsung dengan  dokter di Surabaya. Hasil pemeriksaan didapatkan dirinya menderita Hemifacial Spasm atau kejang separuh wajah. Helena tidak perlu menunggu waktu lama untuk segera operasi. Sesaat setelah siuman dari operasi, Helena merasakan bahwa matanya tidak berkedip lagi. Rasa gembira, haru dan syukur menyelimutinya.”Saya bersyukur kepada Tuhan yang menunjukkan jalan saya sembuh melalui tim dokter Surabaya. Saya bangga dengan keahlian tenaga medis Indonesia. Ternyata ada juga dokter yang mampu menyembuhkan penyakit langka ini” tuturnya.

Sejak tahun 2001, Helena Rustam mencari kesembuhan untuk wajahnya yang merot. Awalnya ia berobat ke dokter di negara tetangga. Namun dokter tersebut mengatakan sakitnya tidak bisa disembuhkan baik dengan obat maupun operasi karena penyebabnya terletak jauh di dalam batang otak. Semangatnya untuk sembuh menggerakkannya pergi ke gunung Galunggung untuk berobat secara alternatif. Helena juga mencoba pengobatan tusuk jarum di Pekanbaru dan pengobatan pukulan “Tapak Sakti” di Medan tapi tidak membuahkan hasil. 

Helena malu dan minder melihat wajahnya yang semakin merot. Saat diajak foto ia selalu menolak. Wanita yang mahir menari dan bernyanyi ini makin tidak percaya diri ketika tampil di depan umum. Hobi lintas alam dan tracking juga tidak pernah ia lakukan lagi.

Pada Maret 2009 Helena membaca sebuah artikel mengenai penyakit yang ciri-cirinya sama  dengan yang ia alami. 

Awalnya ia tidak percaya, hingga suaminya menghubungi dokter di Surabaya. Hasilnya Helena menjadi yakin bahwa sakitnya bisa disembuhkan. Ditambah lagi ia menghubungi beberapa penderita wajah merot yang sembuh setelah operasi di Surabaya. 

Tiga bulan kemudian, di akhir Juli 2009, Helena berangkat untuk bertemu langsung dengan  dokter di Surabaya. Hasil pemeriksaan didapatkan dirinya menderita Hemifacial Spasm atau kejang separuh wajah. Helena tidak perlu menunggu waktu lama untuk segera operasi. 

Sesaat setelah siuman dari operasi, Helena merasakan bahwa matanya tidak berkedip lagi. Rasa gembira, haru dan syukur menyelimutinya.
”Saya bersyukur kepada Tuhan yang menunjukkan jalan saya sembuh melalui tim dokter Surabaya. Saya bangga dengan keahlian tenaga medis Indonesia. Ternyata ada juga dokter yang mampu menyembuhkan penyakit langka ini” tuturnya.
Make Appointment